![]() |
Serma Christian Namo saat menjemput jenazah anaknya, Prada Lucky Chepril Saputra Namo, di Bandara El Tari Kupang, NTT, Kamis (7/8/2025). (f:MBG/Dtk) |
KUPANG, MIMBARBANGSA.CO.ID — Suasana haru bercampur amarah menyelimuti Bandara El Tari, Kupang, Kamis (7/8/2025), ketika jenazah Prada Lucky Chepril Saputra Namo tiba dari Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ayah almarhum, Serma Christian Namo, tak kuasa membendung emosinya saat menjemput peti jenazah sang anak yang diduga tewas akibat penganiayaan oleh seniornya sesama prajurit TNI.
Dengan nada tinggi, Christian menuntut agar para pelaku tidak hanya dipecat dari dinas militer, tetapi juga dijatuhi hukuman mati.
“Beta mau lihat tentara punya hebat. Hukuman cuma dua, ingat ya, hukuman mati dan pecat,” tegasnya di hadapan para prajurit yang turut hadir.
Christian, yang merupakan anggota TNI di Kodim 1627 Rote Ndao, menyatakan siap mempertaruhkan nyawanya demi menuntut keadilan bagi anaknya.
“Nyawa saya taruhan. Saya pakai jalur hak asasi manusia. Ini bukan sekadar soal keadilan, tapi nyawa anak saya,” ujarnya penuh emosi.
Luka Lebam dan Dugaan Penyiksaan
Keluarga mengungkapkan adanya luka lebam, benturan, dan sayatan di tubuh Lucky. Prajurit berusia 23 tahun itu menghembuskan napas terakhir di RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, sekitar pukul 11.23 WITA, Rabu (6/8/2025). Paman korban, Rafael Davids, menegaskan tanda-tanda kekerasan terlihat jelas dari foto-foto yang diterima keluarga.
Direktur RSUD Aeramo, Chandrawati Saragih, membenarkan adanya lebam di tubuh korban, meski enggan menanggapi terkait dugaan luka sayatan. Sementara itu, Komandan Peleton Kompi, Letnan Dua Inf Ikrar Bakti, membantah adanya sayatan, dengan menyebut hasil autopsi sementara masih dipegang pihak keluarga.
Baru Dua Bulan Menjadi Prajurit
Rafael menuturkan, Lucky baru dua bulan resmi menjadi anggota TNI setelah dilantik pada Juni 2025 di Rindam IX Udayana, Singaraja, Bali. Sebelumnya, ia menjalani pendidikan sejak Februari 2025. Setelah pelantikan, Lucky menggelar syukuran di Kupang sebelum bertugas di Nagekeo.
Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Serma Christian Namo dan Sepriana Paulina Mirpey ini dikenal pendiam dan rendah hati. Ketua RW 06, Letda Agapito Xaverius Freitas, yang juga tetangga korban, mengatakan Lucky memiliki tekad kuat menjadi tentara dan rajin berlatih fisik serta beribadah sebelum mengikuti seleksi.
Reaksi dan Penanganan Kasus
Kedatangan jenazah Prada Lucky di rumah duka, Asrama TNI Kuanino, Kecamatan Kota Raja, Kupang, disambut keluarga dan rekan-rekan prajurit dari Brigif 21 Komodo serta Kodim 1604/Kupang. Keluarga berharap proses hukum terhadap pelaku dilakukan secara transparan.
Dandim 1625 Ngada, Letkol Czi Deny Wahyu Setiyawan, menyatakan Subdetasemen Polisi Militer telah memeriksa sejumlah prajurit yang diduga terlibat. Ia menegaskan, Pangdam IX/Udayana memantau langsung kasus ini dan memerintahkan agar seluruh pelaku diproses sesuai hukum yang berlaku.
“Semua pihak bergerak cepat sesuai perintah Pangdam untuk memproses pelaku secara transparan,” kata Deny.
Kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan Prada Lucky ini menjadi sorotan luas, memunculkan desakan dari keluarga dan masyarakat agar keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu.
0Komentar