GpYoGfM7BSA6BSAlTUY0BUG0TY==
Breaking
NEWS

Peran Strategis Pers dan Jurnalis dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia

Waoli Lase (Walas) menulis artikel ini guna mendorong media dan jurnalis berperan bagi perdamaian dunia.
Ukuran huruf
Print 0

Dari Sebelah Kiri: Waoli Lase (Walas) dan H. Farianda Putra Sinik (Ketua PWI Sumut) di Hotel otel Swiss Belinn Gajah Mada, Medan. (f: MBG/Walas)

NIAS SELATAN, MIMBARBANGSA.CO.ID
Di tengah dunia yang masih dipenuhi konflik, peperangan, dan ketidakadilan, pers dan jurnalis memiliki peran strategis yang tak tergantikan dalam mewujudkan perdamaian global. Media massa bukan sekadar saluran informasi, melainkan juga cermin nurani manusia yang merekam kenyataan, menyuarakan kebenaran, dan mendorong lahirnya solusi damai.

Peran pers dalam menjaga perdamaian dunia semakin penting di era informasi saat ini. Ketika arus berita bergerak begitu cepat, media menjadi salah satu instrumen paling efektif untuk membentuk opini publik, menekan pihak yang berkonflik, serta menumbuhkan solidaritas global. Pertanyaannya, sejauh mana pers dan jurnalis benar-benar dapat memberi kontribusi nyata dalam menjaga perdamaian dunia saat ini?

Menyuarakan Kebenaran di Tengah Kekerasan


Dalam situasi konflik bersenjata, kebenaran sering kali menjadi korban pertama. Banyak pihak berusaha mengendalikan informasi demi kepentingan politik atau militer. Di sinilah jurnalis hadir untuk membongkar fakta sebenarnya di lapangan. Melalui liputan yang jujur dan terverifikasi, pers mampu menyingkap apa yang sebenarnya terjadi, termasuk penderitaan warga sipil, pelanggaran hak asasi manusia, hingga dampak kemanusiaan yang mengerikan.

Contoh paling nyata terlihat dari pemberitaan konflik di Gaza, Ukraina, dan Sudan. Kehadiran jurnalis di medan perang telah membuka mata dunia tentang tragedi yang dialami masyarakat sipil. Tanpa media, banyak kekejaman mungkin akan terkubur dalam diam, tanpa pernah diketahui publik internasional.

Melawan Propaganda dan Disinformasi


Era digital melahirkan fenomena baru: perang informasi. Setiap pihak yang berkonflik berusaha membangun narasi sendiri, sering kali dengan menyebarkan berita palsu atau propaganda kebencian. Kondisi ini berpotensi memperpanjang konflik karena masyarakat dunia terbelah dalam opini yang salah.

Di sinilah tugas mulia pers diuji. Dengan kerja-kerja verifikasi, investigasi, dan keberimbangan, media mampu menjadi filter yang memisahkan fakta dari manipulasi. Seorang jurnalis sejati dituntut untuk tidak sekadar menjadi penyampai informasi, melainkan juga penjaga kebenaran.

Ketika publik mendapat informasi yang benar, peluang untuk menumbuhkan sikap rasional dan damai semakin besar. Sebaliknya, ketika informasi dipenuhi kebohongan, yang tumbuh adalah kebencian, dendam, dan kekerasan.

Menjadi Watchdog Kemanusiaan


Selain menyampaikan informasi, pers juga memikul peran sebagai watchdog atau anjing penjaga terhadap kekuasaan. Dalam konteks konflik global, media bertugas memastikan pihak yang berkonflik tidak melakukan pelanggaran hak asasi manusia atau kejahatan perang tanpa pengawasan.

Liputan investigatif yang berani sering kali mendorong lahirnya tekanan internasional terhadap pelaku pelanggaran. Laporan jurnalis tentang penggunaan senjata terlarang, serangan terhadap fasilitas sipil, atau praktik genosida telah menjadi dasar bagi organisasi internasional dalam menuntut pertanggungjawaban hukum.

Dengan kata lain, pers memiliki kekuatan moral untuk menekan agar perdamaian menjadi pilihan, bukan sekadar slogan kosong.

Membuka Ruang Dialog dan Rekonsiliasi


Konflik tidak akan pernah selesai hanya dengan senjata. Yang dibutuhkan adalah dialog, rekonsiliasi, dan upaya saling memahami. Media massa bisa menjadi jembatan komunikasi antara pihak-pihak yang bertikai.

Melalui pemberitaan yang berimbang, jurnalis dapat menghadirkan suara dari kedua belah pihak. Bahkan lebih dari itu, media mampu mengangkat kisah-kisah inspiratif tentang perdamaian di tingkat lokal—bagaimana masyarakat akar rumput mampu hidup berdampingan meski berbeda agama, suku, atau pandangan politik.

Kisah-kisah semacam ini memberi harapan bahwa perdamaian bukanlah utopia, melainkan sesuatu yang bisa diwujudkan jika ada kemauan.

Menggugah Solidaritas Global


Salah satu kekuatan terbesar pers adalah kemampuannya membangkitkan empati. Liputan yang menyentuh nurani dapat menggugah masyarakat dunia untuk bertindak. Tidak jarang, publikasi media internasional tentang krisis kemanusiaan berhasil mendorong lahirnya gerakan solidaritas global.

Misalnya, publikasi besar-besaran tentang kelaparan di Afrika pernah memicu gelombang bantuan internasional. Begitu juga dengan liputan tentang pengungsi Suriah yang membuat banyak negara membuka pintu bagi pencari suaka.

Dari sinilah terlihat betapa besar peran jurnalis sebagai penggerak solidaritas, bukan hanya sebagai penyampai berita.

Menanamkan Budaya Damai


Kontribusi pers dalam mewujudkan perdamaian tidak berhenti pada konflik bersenjata. Lebih jauh, media juga memiliki peran strategis dalam membangun budaya damai di masyarakat.

Melalui program edukatif, artikel opini, hingga kampanye media sosial, jurnalis dapat menanamkan nilai toleransi, keadilan, dan saling menghargai perbedaan. Pemberitaan yang mengedepankan narasi positif tentang kerjasama antarbangsa, keberagaman budaya, serta kisah sukses rekonsiliasi dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat global.

Ketika nilai-nilai damai tertanam kuat, konflik dapat dicegah sebelum benar-benar meletus. Dengan kata lain, pers tidak hanya reaktif terhadap perang, tetapi juga proaktif menjaga perdamaian.

Tantangan yang Dihadapi


Meski memiliki peran besar, perjalanan pers dalam mewujudkan perdamaian dunia tidak selalu mudah. Banyak jurnalis yang justru menjadi korban kekerasan, diculik, atau bahkan dibunuh karena keberanian mereka mengungkap kebenaran.

Selain itu, tekanan politik dan kepentingan ekonomi sering kali membuat media tidak sepenuhnya independen. Ada kalanya media justru menjadi corong propaganda pihak tertentu.

Di era digital, tantangan semakin berat dengan maraknya clickbait dan jurnalisme sensasional yang lebih mengutamakan rating daripada kebenaran. Jika hal ini terus dibiarkan, peran media sebagai pilar perdamaian akan tergerus oleh kepentingan pragmatis.

Harapan ke Depan


Untuk benar-benar menjadi motor perdamaian, pers dan jurnalis harus kembali pada etos dasar jurnalistik: menyampaikan fakta dengan jujur, adil, dan humanis. Media juga harus berani berdiri di sisi korban, bukan berpihak pada kepentingan politik sempit.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu lebih cerdas dalam mengonsumsi informasi. Literasi media menjadi kunci agar publik tidak mudah terprovokasi oleh berita palsu. Dengan kombinasi jurnalisme yang profesional dan masyarakat yang kritis, peluang untuk menciptakan dunia yang damai semakin terbuka.

Penutup


Sejarah menunjukkan bahwa pers dan jurnalis selalu hadir di titik-titik krusial peradaban manusia. Mereka adalah saksi, pengingat, sekaligus penggerak. Dalam konteks dunia yang masih dilanda konflik hari ini, pers memikul amanah besar: menjaga nurani kemanusiaan dan menyuarakan perdamaian.

Pers bukanlah senjata, namun kekuatannya bisa lebih dahsyat daripada peluru: kekuatan untuk membentuk opini, menumbuhkan empati, dan mengubah arah sejarah menuju dunia yang lebih damai.

Peran Strategis Pers dan Jurnalis dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia
Periksa Juga
Next Post

0Komentar

 

 
 

 
 

 
Tautan berhasil disalin