Kupang, MIMBARBANGSA.CO.ID - Kasus kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo, anggota Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere, Nagekeo, yang meninggal setelah menjalani perawatan selama empat hari di RSUD Aeramo, kini memasuki babak penyelidikan serius. Puluhan prajurit TNI Angkatan Darat diperiksa intensif oleh tim investigasi Kodam IX/Udayana guna mengungkap penyebab kematian yang diduga akibat penganiayaan oleh senior sesama prajurit.
Wakil Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana, Letkol Infanteri Amir Syarifudin, mengungkapkan bahwa sebanyak 20 prajurit telah dimintai keterangan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh tim gabungan Sub Detasemen Polisi Militer (Sudenpom) Kupang dan intelijen. Dari jumlah tersebut, empat prajurit telah diamankan sementara menunggu proses selanjutnya.
“Sebanyak 20 orang sudah dimintai keterangan, namun kami belum dapat memastikan peran dan tingkat kesalahan mereka. Keempat yang diamankan masih dalam proses pendalaman apakah sebagai saksi, atau ada indikasi keterlibatan,” jelas Amir dalam konferensi pers di Denpasar, Jumat (8/8/2025).
Proses penyelidikan ini mendapat perhatian penuh dari Pangdam IX/Udayana, Mayjen TNI Piek Budyakto, yang secara tegas menyatakan kekecewaan dan kemarahan atas peristiwa yang mencoreng citra TNI tersebut. Amir menegaskan pihaknya berkomitmen memberikan sanksi tegas terhadap oknum yang terbukti melakukan pelanggaran, termasuk kemungkinan pemecatan.
“Jika terbukti bersalah, sanksi berat hingga pemecatan akan dijatuhkan sesuai aturan yang berlaku. Kami pastikan proses hukum berjalan terbuka dan transparan,” tambah Amir.
Sementara itu, dugaan penganiayaan masih dalam tahap penyelidikan. Amir menjelaskan bahwa kematian Prada Lucky bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk cedera fisik maupun kondisi medis lain yang menyertainya.
“Tidak bisa dipastikan langsung penganiayaan, karena kematian dapat terjadi akibat beberapa faktor. Tim investigasi sedang mendalami seluruh kemungkinan itu,” kata Amir.
Terkait foto-foto luka yang beredar luas di media sosial, Amir mengimbau masyarakat untuk tidak berspekulasi dan menyerahkan sepenuhnya kepada tim penyelidik.
“Foto bisa saja diedit, jadi mari kita tunggu hasil investigasi resmi dari tim kami,” tutup Amir.
Kasus ini menjadi sorotan tajam karena melibatkan banyak anggota TNI dan berpotensi mengungkap persoalan serius dalam internal institusi militer.
0Komentar