MIMBARBANGSA.CO.ID - Ketidakterbukaan dan sikap abai dari pihak perusahaan PT. Nias Indah Agro Sejahtera terhadap tuntutan masyarakat adat di Kecamatan Bawolato, Kabupaten Nias, memicu gelombang protes yang semakin meluas. Merasa suara mereka diabaikan, masyarakat dari lima desa — Sisarahili, Dahana, Balale Toba’a, Hilihoru, dan Hilialawa — akhirnya memilih aksi ekstrem: bermalam dan tidur di atas lahan yang mereka klaim sebagai tanah adat mereka sendiri.
Aksi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap PT. Nias Indah Agro Sejahtera yang dianggap tidak beretika dalam menyikapi keberatan masyarakat. Sebelumnya, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan warga dari lima desa tersebut telah dua kali menyampaikan penolakan terhadap aktivitas perusahaan, baik secara lisan maupun tertulis, yaitu pada 30 April dan 22 Mei 2025. Namun, tidak ada respons serius dari pihak perusahaan.
Baca juga: Tokoh Masyarakat Gelar Aksi Damai Tolak Aktivitas PT. Nias Indah Agro Sejahtera di Bawolato
"Ini bukan hanya soal lahan, tapi soal harga diri dan hak masyarakat adat. Kami tidak diberi penjelasan, tidak ada sosialisasi. Maka hari ini, kami tidur di lahan kami sendiri sebagai bentuk perjuangan," ujar salah satu tokoh adat saat aksi unjuk rasa damai berlangsung.
Masyarakat menuntut agar PT. Nias Indah Agro Sejahtera menghentikan seluruh aktivitas di atas tanah adat dan ulayat, sebelum ada penyelesaian yang adil dan jelas. Mereka menegaskan bahwa tanah tersebut bukan milik pribadi, melainkan milik bersama masyarakat adat, dan belum pernah secara resmi diserahkan kepada pihak perusahaan.
Aksi ini tidak hanya menyampaikan tuntutan, tetapi juga menjadi simbol keteguhan masyarakat dalam mempertahankan hak ulayat yang telah diwariskan secara turun-temurun. Mereka menegaskan bahwa jika tidak ada tanggapan dari perusahaan, aksi akan terus berlanjut, bahkan dalam bentuk yang lebih besar.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, pihak PT. Nias Indah Agro Sejahtera belum memberikan pernyataan resmi atas tuntutan dan aksi tidur di lahan tersebut.
