GpYoGfM7BSA6BSAlTUY0BUG0TY==
Breaking
NEWS

Darmadi Durianto Pertanyakan Motif Pemerintah Dorong Wacana Redenominasi Rupiah

Darmadi kembali menolak rencana redenominasi rupiah, menilai kebijakan itu tidak mendesak, berisiko memicu kekacauan harga, & membebani rakyat
Ukuran huruf
Print 0

Redominasi Rupiah

Jakarta, MIMBARBANGSA.CO.ID
Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto, kembali menegaskan penolakannya terhadap rencana pemerintah untuk melakukan redenominasi rupiah. Menurutnya, pemangkasan tiga angka nol pada mata uang sama sekali tidak memberikan solusi berarti bagi stabilitas ekonomi nasional dan justru berpotensi menciptakan kericuhan besar di lapangan.

“Saya tolak redenominasi. Ini kebijakan kosmetik. Cuma potong nol, tapi masalah ekonomi tetap. Untuk apa? Nggak ada gunanya!” tegas Darmadi dalam keterangannya, Jumat (14/11/2025). Ia mempertanyakan urgensi pemerintah memaksakan kebijakan tersebut ketika kondisi ekonomi belum sepenuhnya pulih.

Menurut Darmadi, alasan paling mendasar untuk menolak redenominasi adalah ketidakstabilan ekonomi yang masih terasa hingga saat ini. “Inflasi masih labil, nilai tukar juga belum stabil. Justru kalau dipaksakan sekarang, itu bisa bikin pasar panik. Timing-nya salah total,” ujarnya. Ia menilai pemerintah keliru membaca situasi, karena kebijakan ini tidak membantu meningkatkan daya saing industri, tidak mendorong investasi, serta tidak berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.

Salah satu kekhawatiran terbesar yang disoroti Darmadi adalah potensi kekacauan harga di pasar tradisional maupun ritel. “Di pasar itu beda sama teori. Harga bisa kacau balau! Dari Rp 12 ribu jadi 12 rupiah, nanti pedagang bisa bulatkan jadi 15. Siapa yang rugi? Rakyat kecil, UMKM, pedagang pasar!” katanya. Ia menilai kondisi psikologis pasar domestik sangat sensitif terhadap perubahan angka, sehingga kebijakan ini dapat memicu inflasi terselubung, kebingungan massal, hingga peluang manipulasi harga.

Selain itu, Darmadi menilai redenominasi berpotensi menjadi pemborosan besar dalam anggaran negara. Ia mencontohkan biaya penggantian mesin ATM, pembaruan sistem perbankan, perubahan label harga di toko, hingga pencetakan uang baru yang bisa mencapai angka triliunan rupiah. “Untuk apa? Buat potong nol tiga biji? Itu pemborosan!” kritiknya.

Menurutnya, dana sebesar itu lebih bermanfaat apabila dialokasikan untuk peningkatan produktivitas ekonomi riil, ketahanan pangan, atau penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah. Darmadi juga mengingatkan bahwa pasar global bisa salah menafsirkan redenominasi sebagai sinyal melemahnya kondisi ekonomi Indonesia. “Investor asing bisa kira ekonomi kita darurat. Ini bisa picu outflow. Rupiah makin tersungkur. Ini risiko serius!” katanya.

Darmadi menegaskan bahwa seluruh persoalan ekonomi Indonesia tidak berkaitan dengan jumlah nol dalam rupiah, melainkan problem struktural yang tidak pernah dibenahi secara menyeluruh. “Masalah kita bukan soal nol kebanyakan, tapi produktivitas rendah, impor tinggi, dan banyak sektor belum efisien. Itu yang harus dibenahi!” serunya.

Ia meminta pemerintah menghentikan pembahasan redenominasi dan fokus memperbaiki fondasi ekonomi nasional. “Jangan lempar isu yang bikin gaduh. Fokus perbaiki ekonomi real, bukan utak-atik angka di uang!” tutupnya.

Saran/Apresiasi dari Redaksi MIMBAR BANGSA

Redaksi MIMBAR BANGSA mengapresiasi sikap kritis yang disampaikan Darmadi Durianto sebagai bagian dari mekanisme check and balance terhadap kebijakan pemerintah. Masukan yang disampaikan penting untuk memastikan setiap kebijakan ekonomi benar-benar berpihak pada rakyat dan tidak menimbulkan dampak yang lebih merugikan. Pemerintah diharapkan melakukan kajian mendalam, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, serta memastikan setiap langkah diambil berdasarkan kebutuhan prioritas bangsa.

Darmadi Durianto Pertanyakan Motif Pemerintah Dorong Wacana Redenominasi Rupiah
Periksa Juga
Next Post

0Komentar

Tautan berhasil disalin