![]() |
Sepriana Paulina Mirpey, ibu kandung dari almarhum Prada Lucky Chepril Saputra Namo. (f:MBG/ist) |
KUPANG, MIMBARBANGSA.CO.ID – Sepriana Paulina Mirpey, ibu kandung dari almarhum Prada Lucky Chepril Saputra Namo (23), mengungkapkan kesedihan mendalam dan kekecewaannya atas kematian tragis anaknya yang diduga akibat penganiayaan oleh seniornya di lingkungan TNI. Ia merasa kehilangan yang dialaminya begitu memilukan karena anaknya meninggal bukan dalam tugas mulia membela negara, melainkan di tangan orang-orang yang seharusnya menjadi saudara seperjuangan.
“Saya punya anak sudah mati sia-sia. Kalau mati di medan perang saya terima, itu tugas dia bela negara, bela bangsa. Ini mati sia-sia di tangan senior,” ungkap Sepriana dengan suara terbata-bata di kediamannya, Jumat (8/8).
Sepriana memohon agar pihak berwenang segera mengusut kasus ini secara transparan dan menyeluruh. Ia menegaskan bahwa pelaku-pelaku penganiayaan terhadap putranya harus diberikan sanksi tegas hingga hukuman mati jika memang terbukti bersalah.
“Proses mereka, pecat, bila perlu hukuman mati,” kata ibu Prada Lucky sambil meneteskan air mata, menunjukkan rasa sakit yang tak terperi.
Perjuangan Anak dan Doa Seorang Ibu
Dalam kesempatan yang sama, Sepriana menceritakan betapa besar harapan dan perjuangan yang telah dilalui Prada Lucky untuk menjadi prajurit TNI. Ia mengungkapkan bahwa anaknya telah mengikuti tes seleksi TNI sebanyak delapan kali sebelum akhirnya diterima. Keputusannya mengirim anaknya menjadi tentara dilandasi oleh kebanggaan dan harapan besar untuk masa depan yang lebih baik.
Namun, kini ia merasa menyesal dan terpukul karena nyawa Prada Lucky harus berakhir tragis akibat tindakan kekerasan di lingkungan militer sendiri.
“Kalau (para pelaku) tidak diproses lebih baik bunuh saya saja, saya sakit hati kalian buat anak saya seperti ini,” ujarnya penuh emosi.
Sepriana juga bercerita bahwa selama ini, Prada Lucky adalah anak yang selalu rajin berkomunikasi dengan keluarganya. Ia rutin melakukan panggilan video setiap hari. Namun, pada akhir Juli lalu, komunikasi itu mendadak terhenti, dan hal itu semakin menambah kegelisahannya.
“Saya tidak pernah mendapat firasat apapun sebelum kematiannya. Tapi beberapa hari sebelum berangkat ke Nagekeo, saya sempat bermimpi didatangi anak saya,” tambah Sepriana dengan suara lirih.
Kronologi Kejadian dan Proses Penyelidikan
Prada Lucky adalah prajurit TNI Angkatan Darat yang bertugas di Batalyon Teritorial Pembangunan 834 Waka Nga Mere (Yon TP 834/WM) yang berkedudukan di Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Ia ditemukan dalam kondisi kritis dan meninggal dunia pada Rabu (6/8) setelah menjalani perawatan intensif selama empat hari di ICU RSUD Aeramo, Nagekeo.
Berdasarkan informasi yang diterima, kematian Prada Lucky diduga kuat akibat penganiayaan yang dilakukan oleh seniornya di dalam asrama batalyon. Hal ini menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan keluarga dan masyarakat luas.
Menanggapi kasus ini, pihak TNI melalui Kapendam IX/Udayana Kolonel Inf Candra menyampaikan bahwa saat ini Sub Detasemen Polisi Militer IX/1 Kupang tengah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap sejumlah personel yang diduga terlibat.
“Terhadap para personel yang diduga terlibat, saat ini sedang dilakukan proses penyelidikan dan pemeriksaan oleh pihak Subdenpom Kupang,” ujar Kolonel Candra saat dihubungi melalui telepon, Jumat (8/8).
Ia menambahkan, pihaknya tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah selama proses penyelidikan berlangsung. Namun apabila nantinya ditemukan bukti yang cukup dan kuat, TNI akan memberikan tindakan tegas sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku di lingkungan militer.
“Kami akan menindak tegas sesuai dengan hukum militer yang berlaku jika terbukti ada keterlibatan anggota,” tegasnya.
0Komentar